Komposisi :
Tiap tablet mengandung:
Klordiazepoksida................................................ 5 mg
Klidinium Bromida............................................... 2,5 mg
FARMAKOLOGI
BRAXIDIN merupakan gabungan antara Klordiazepoksida yang mempunyai daya
anti-ansietas dan Klidinium Bromida yang mempunyai efek antikolinergik /
spasmolitik.
Dari hasil penelitidn ternyata Klordiazepoksida bekerja pada sistem limbik otak dan bukti terakhir menunjukkan bahwa sistem limbik tersebut berhubungan dengan respon emosi.
Dari hasil penelitidn ternyata Klordiazepoksida bekerja pada sistem limbik otak dan bukti terakhir menunjukkan bahwa sistem limbik tersebut berhubungan dengan respon emosi.
Klidinium Bromida adalah antikolinergik sintetik yang memiliki efek
antispasmodik dan antisekresi yang nyata pada saluran pencernaan. Klidinium
Bromida digunakan bersama-sama dengan klordiazepoksida dalam pengobatan
simtomatis terhadap tukak lambung dan usus 12 jari serta gangguan saluran
pencernaan lainnya.
INDIKASI
INDIKASI
- Untuk pengobatan-manifestasi gejala gangguan saraf otonom dan somatik yang disebabkan oleh rasa cemas.
- Sebagai pengobatan gejala tukak lambung dan usus 12 jari, hipersekresi dan hipermotilitas saluran pencernaan nervous dyspepsia, iritasi dgn spasme kolon, diskinesia empedu, spasme ureter dan diskinesid ureter, irritable bowel syndrome, kolitis, diare, dismenore.
KONTRA-INDIKASI
Penderita dengan glaukoma dan hipertrofi prostat.
Penderita dengan glaukoma dan hipertrofi prostat.
EFEK SAMPING
BRAXIDIN umumnya ditoleransi
dengan baik. Efek samping yang mungkin timbul adalah rasa ngantuk, ataksia dan
bingung. Efeksamping lama adalah efek yang khas untuk obat antikolinergik
seperti mulut kering, gangguan berkemih dan konstipasi.
PERHATIAN
BRAXIDIN sebaiknya tidak diberikan selama kehamilan trimester pertama, karena pemakaian obat ini jarang merupakan keharusan. Penderita sebaiknya berhati-hati terhadap pekerjaan yang memerlukan kesadaran penuh, misalnya mengemudikan kendaraan atau menjalankan mesin. Sebaiknya tidak digunakan untuk pemakaian jangka lama karena risiko ketergantungan fisik dan psikis. Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan gangguan hati.
PERHATIAN
BRAXIDIN sebaiknya tidak diberikan selama kehamilan trimester pertama, karena pemakaian obat ini jarang merupakan keharusan. Penderita sebaiknya berhati-hati terhadap pekerjaan yang memerlukan kesadaran penuh, misalnya mengemudikan kendaraan atau menjalankan mesin. Sebaiknya tidak digunakan untuk pemakaian jangka lama karena risiko ketergantungan fisik dan psikis. Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan gangguan hati.
DOSIS
Dewasa:
Dosis lazim: 3 - 4 tablet sehari, sebelum makan danmenjelang tidur.
Orang tua dan penderita yang lemah: Dosis awal 1 - 2 tablet sehari, ditingkatkan bertahapsampai tercapai dosis efektif. Atau menurut petunjuk dokter.
Dewasa:
Dosis lazim: 3 - 4 tablet sehari, sebelum makan danmenjelang tidur.
Orang tua dan penderita yang lemah: Dosis awal 1 - 2 tablet sehari, ditingkatkan bertahapsampai tercapai dosis efektif. Atau menurut petunjuk dokter.
Tanggung Jawab Perawat
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat –
obatan yang aman . Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah
pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau
tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan .
Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang
diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi
bagi status kesehatan klien. Sekali obat telah diberikan , perawat bertanggung
jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi.
Pada waktu lampau, hanya ada lima hal yang benar
dalam pemberian obat. Tetapi kini ada hal keenam yang dimasukkan yaitu
dokumentasi.
Supaya dapat tercapainya pemberian obat yang aman ,
seorang perawat harus melakukan enam hal yang benar : klien yang benar, obat
yang benar, dosis yang benar, waktu yang benar, rute yang benar, dan
dokumentasi yang benar.
1.Benar Pasien
Klien yang benar dapat dipastikan dengan
memeriksa identitas klien, dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri.
Beberapa klien akan menjawab dengan nama sembarang atau tidak berespon, maka
gelang identifikasi harus diperiksa pada setiap klien pada setiap kali
pengobatan. Pada keadan gelang identifikasi hilang, perawat harus memastikan
identitas klien sebelum setiap obat diberikan.Dalam keadaan dimana klien tidak
memakai gelang identifikasi (sekolah, kesehatan kerja, atau klinik berobat
jalan), perawat juga bertanggung jawab untuk secara tepat mengidentifikasi
setiap orang pada saat memberikan pengobatan.
2.Benar Obat
Obat yang benar berarti klien menerima obat yang telah diresepkan. Perintah
pengobatan mungkin diresepkan oleh seorang dokter, dokter gigi,
atau pemberi asuhan kesehatan yang memiliki izin praktik dengan wewenang
dari pemerintah. Perintah melalui telepon untuk pengobatan harus ditandatangani oleh
dokter yang menelepon dalam waktu 24 jam. Komponen dari perintah pengobatan
adalah : (1) tanggal dan saat perintah ditulis, (2) nama obat, (3) dosis obat,
(4) rute pemberian, (5) frekuensi pemberian, dan (6) tanda tangan dokter
atau pemberi asuhan kesehatan. Meskipun merupakan tanggung jawab perawat untuk
mengikuti perintah yang tepat, tetapi jika salah satu komponen tidak ada atau
perintah pengobatan tidak lengkap, maka obat tidak boleh diberikan dan harus
segera menghubungi dokter tersebut untuk mengklarifikasinya ( Kee and Hayes,
1996 ).
Untuk menghindari kesalahan,
label obat harus dibaca tiga kali : (1) pada saat melihat botol atau kemasan
obat, (2) sebelum menuang / mengisap obat dan (3) setelah menuang / mengisap
obat. Perawat harus ingat bahwa obat-obat tertentu mempunyai nama yang
bunyinya hampir sama dan ejaannya mirip, misalnya digoksin dan digitoksin,
quinidin dan quinine, Demerol dan dikumarol, dst.
3.Benar Dosis
Dosis yang benar adalah dosis yang diberikan untuk
klien tertentu. Dalam kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas yang
direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan. Perawat harus menghitung setiap
dosis obat secara akurat, dengan mempertimbangkan variable berikut : (1)
tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan (diminta), (2) dalam keadaan
tertentu, berat badan klien juga harus dipertimbangkan, misalnya 3
mg/KgBB/hari.Sebelum menghitung dosis obat, perawat harus mempunyai dasar
pengetahuan mengenai rasio dan proporsi. Jika ragu-ragu, dosis obat harus
dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain.
4.Benar Waktu
Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang
diresepkan harus diberikan. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu
dalam sehari, seperti b.i.d ( dua kali sehari ), t.i.d ( tiga kali sehari
), q.i.d ( empat kali sehari ), atau q6h ( setiap 6 jam ), sehingga kadar obat
dalam plasma dapat dipertahankan. Jika obat mempunyai waktu paruh (t ½ ) yang
panjang, maka obat diberikan sekali sehari. Obat-obat dengan waktu paruh pendek
diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu yang tertentu . Beberapa obat
diberikan sebelum makan dan yang lainnya diberikan pada saat makan atau bersama
makanan ( Kee and Hayes, 1996 ; Trounce, 1997)
Implikasi dalam keperawatan mencakup :
1. Berikan obat pada saat yang khusus. Obat-obat dapat
diberikan ½ jam sebelum atau sesudah waktu yang tertulis dalam resep.
2. Berikan obat-obat yang terpengaruh oleh makanan
seperti captopril, sebelum makan.
3. Berikan obat-obat, seperti kalium dan aspirin, yang
dapat mengiritasi perut ( mukosa lambung ) bersama-sama dengan makanan.
4. Tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien
telah dijadwalkan untuk pemeriksaan diagnostik, seperti endoskopi, tes darah
puasa, yang merupakan kontraindikasi pemberian obat.
5. Periksa tanggal kadaluarsa. Jika telah
melewati tanggalnya, buang atau kembalikan ke apotik ( tergantung peraturan
).
6. Antibiotika harus diberikan dalam
selang waktu yang sama sepanjang 24 jam (misalnya setiap 8 jam bila di resep
tertulis t.i.d ) untuk menjaga kadar darah terapeutik.
5.Benar Cara/Rute
Rute yang benar perlu untuk absorpsi yang tepat dan
memadai. Rute yang lebih sering dari absorpsi adalah (1) oral ( melalui mulut
): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul . ; (2) sublingual ( di bawah lidah
untuk absorpsi vena ) ; (3) topikal ( dipakai pada kulit ) ; (4) inhalasi (
semprot aerosol ) ; (5)instilasi ( pada mata , hidung , telinga , rektum atau
vagina ) ; dan empat rute parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular ,
dan intravena.
Implikasi dalam keperawatan termasuk :
a. Nilai
kemampuan klien untuk menelan obat sebelum memberikan obat – obat per oral
b. Pergunakan
teknik aseptik sewaktu memberikan obat . Teknik steril dibutuhkan dalam rute
parenteral .
c. Berikan
obat- obat pada tempat yang sesuai .
d. Tetaplah
bersama klien sampai obat oral telah ditelan.
6.Benar Dokumentasi
Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera
dari seorang perawat untuk mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang
telah diberikan . Ini meliputi nama obat , dosis , rute , waktu dan
tanggal , inisial dan tanda tangan perawat . Respon klien terhadap pengobatan
perlu di catat untuk beberapa macam obat seperti (1) narkotik
– bagaimana efektifitasnya dalam menghilangkan rasa nyeri – atau (2)
analgesik non-narkotik, (3) sedativa, (4) antiemetik (5) reaksi yang tidak
diharapkan terhadap pengobatan, seperti irigasi gastrointestinal atau tanda –
tanda kepekaan kulit. Penundaan dalam mencatat dapat mengakibatkan lupa untuk
mencatat pengobatan atau perawat lain memberikan obat itu kembali
karena ia berpikir obat itu belum diberikan (Taylor, Lillis and LeMone,
1993 ; Kee and Hayes, 1996 ).
Sumber : http://ajusyuko.blogspot.com/2010/11/braxidin.html
Diakses Tanggal 10 Novermber 2013
No comments:
Post a Comment